Senin, 24 November 2014

PENDAKIAN PUNCAK CEREMAI JAWA BARAT

Berikut adalah sebuah catatan tentang perjalanan penuh darah dan keringat untuk menapaki puncak Ciremai. Dimulai dari ajakan pendaki berandalan yang sudah tidak jomblo lagi, sebut saja Dodi. Hari H (28/3/14) yang ditunggu tiba, tersebutlah segerombolan 6 pria gamang dan resah yang sudah rindu belaian trek terjal nan sadis. Alfamart Pulogadung adalah saksi banyak bicara yang menyaksikan pertemuan kami. Di sana terdapat: Hendra, lelaki yang sudah me-Rinjani ini mengaku sebagai seorang pemikir hebat untuk urusan wanita dan cinta. Rangga, fotografer yang penuh semangat bertangan dingin. Aji, penakluk banjir Jakarta bagian setiabudi yang menguasai ilmu sihir. Vega, pawang elang bersenjatakan sisir dan cairan lengket pengkilap rambut. Dodi, pria Sinabung yang punya banyak mantan dan agak sensitif tentang warna kulitnya. Dan gw sendiri si pria vaksin sebutan mereka hahaha.
Tepat pukul 20.30 kami menaiki bus bernama Luragung jurusan Pulogadung – Kuningan (tiketnya tulisannya 60k tp di tawar jadi 50k). Entah kenapa supir bus ini terus saja mengizinkan penumpang masuk meskipun teriakan manusia di dalam karena tercekik kesempitan sudah menggema keras. Kami duduk di belakang kaki keram karena berjam-jam duduk dengan keadaan tertekuk tanpa bergerak. Bus kampret ini melaju sangat kencang di jalur pantura, entah berapa kucing yang mati terlindas olehnya. Mencoba melarikan diri ke alam mimpi tapi apa boleh buat yang kami dapati hanyalah tidur ayam tanpa kenikmatan diperjalanan, akhirnya jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari (29/3/14), kami tiba di pertigaan Linggarjati.
Bahagia bukan main saat turun dari bus penuh derita. Melipir sebentar ke indomaret mencari seteguk kenikmatan buat tenggorokan yang kering. Foto sebentar di tugu Linggarjati trus ngangkot, tarifnya? per kepala kena goceng brother. Sekitar 15 menit kemudian sampailah kami di pos pendaftaran. Mang Anto yang saat itu sedang tidur rela bangun untuk mengurusi izin pendakian kami. Setelah bercengkrama dan pemeriksaan peralatan pendakian kami pamit untuk segera memulai perjalanan (biaya izin pendakian: ceban per orang).
Linggarjati
Linggarjati
Pos Pendaftaran
Pos Pendaftaran
03.30 posisi kami masih diketinggian 600 Mdpl. Tapak demi tapak melenggang menuju Pos Cibunar (sumber air satu-satunya), kondisi masih gelap dan trek yang dilalui berkontur aspal halus lebih halus dari aspal ibukota yang katanya banyak di korup makanya aspalnya jelek ky muka temen gw si Dodi #pissbrother :D. Tepat adzan subuh kita melebarkan sajadah dan memulai bersujud kepada Allah. Seusai sholat kami bergegas menyalakan kompor dan mulai memasak. Sekitar jam 07.00 udah kelar urusan sama perut kami segerakan pergi takutnya keburu mager. Sebenernya di Musholla itu ada kolam yg ada ikanya lumayan gede buat bekel makan siang tapi enggak tega, akhirnya dihiraukan begitu saja. Belom sampe 100 langkah dari Musholla si Aji digoda sama pendaki cabe-cabean bertato yang penasaran sama bunyi klonengan kebo yang nempel di carriernya, katanya bunyinya lucu. Perjalanan Cibunar menuju Condang Amis dengan jalan santai bisa ditempuh dalam waktu 2.5 jam artinya jam 9.30 kita sampai di Condang Amis. Setelah mengatur napas lanjut jalan menuju Kuburan Kuda, di tengah perjalanan hujan turun dengan lebatnya. Dingin dan kelaparan, jam udah nunjukin lewat jam 12.00 tapi belum keliatan juga itu Kuburan Kuda, dengan lambung yang isinya cuma angin doang wajar klo letupan kentut ramai terdengar. Sekitar jam 13.00 alhamdulillah sampai juga di Kuburan, gelar Flysheet dengan cepat lalu makan siang pake menu ajaib Mie Goreng dicampur Bubur Instan, sikaat.
Kuburan Kuda
Kuburan Kuda
Hujan baru berenti sekitar jam 14.30, bersiap berangkat menuju Pangalap. Di sini trek mulai terjal, kontur tanah becek campur akar-akar pohon yang mencuat keluar. Tugik (Rangga) sempat mengalami kram kaki di trek ini syukurlah terpulihkan dengan cepat dengan bantuan salep otot. 15.00 udah sampe di Pangalap, istirahat sebentar terus lanjut ke Tanjakan Seruni, cuma 40 menit dari Pangalap udah ketemu itu papan nama Tanjakan Seruni. Konon katanya tanjakan ini bener-bener seru, karena itu kami menyempatkan diri buat ngambil napas yang dalem sebelum mulai. Beberapa jam kemudian hingga adzan magrib berkumandang rupanya kami belum selesai menapaki keseluruhan Tanjakan Seru ini, nafas sudah terlalu pendek untuk dihirup, karenanya kita istirahat dl dijalan sebentar sembari ngupi. Setelah itu perjalanan dalam kegelapan dimulai, sekitar jam 19.00 sampailah kita di papan nama bertuliskan Bapa Tere. Sumber cahaya yang hanya berasal dari headlamp kita masing-masing menuntun agar gak kesandung pas lagi jalan, keheningan hutan menemani menikmati kelelahan kami dalam pendakian. Target kami adalah mencapai Batu Lingga, tapi harapan iu tak kunjung sampai. Letih sudah sampai batasnya. Pukul 23.00 sudah hampir terbunuh oleh lelah. Tenda didirikan dengan buru-buru ditengah jalan, biar saja kami sudah tidak peduli ingin segera makan dan tidur.
Kelelahan di Bapa Tere
Kelelahan di Bapa Tere
Pagi dini hari (30/3/14), dengan nyawa yang baru terkumpul sedikit kami bangun 03.30. Re-packing dan sarapan selesai jam 05.00. Kemudian tanpa membuang waktu segera melanjutkan perjalanan. 05.30 baru kita temukan papan nama Batu Lingga. Tak lama benar saja kita temukan deretan batu-batu berejeran membentuk tanjakan. Pukul 06.00 – 07.30 beristirahat di tengah perjalanan. Pendakian kemudian berlanjut terus sampai Sangga Buana 1 dan 2 kira-kira pada pukul 09.30. Tak membuang waktu kami terus mendaki hingga sampai ke pos Pengasinan pada pukul 10.30. Setelah puas beristirahat kami melanjutkan perjalanan. Tanjakan Asoy begitu mereka menyebutnya, tanjakan terakhir sebelum puncak, sikaaaat. Akhirnya pada pukul 11.15 kami berdiri denngan dengkul gemetar di puncak tertinggi di Jawa Barat 3078 Mdpl #harubiru.
Ciremai Summit
Ciremai Summit
Puncak Ciremai \m/
Puncak Ciremai \m/
IMG-20140407-WA0006
Laut, di jepret oleh photografer handal: Bang Tugik
IMG-20140407-WA0000
Bareng dodot di atas awan
IMG-20140402-WA0085
Full Team di pinggiran kawah
IMG-20140401-WA0005
Ceritanya lagi menghirup udara segar di pinggiran kawah Ciremai
Setelah puas-puasin berfoto di setiap sudut crater kami bergegas menuju jalur turun, trek berikutnya adalah jalur Apuy. Perjalanan turun kami bergegas ke Goa Walet (sumber air dari tetesan goa) untuk nenda, karena persediaan air kami juga sudah tipis.
Perjalanan menuju Apuy
Perjalanan menuju Apuy

Singkat cerita keesokan harinya kami berangkat turun setelah sarapan dan sholat subuh, sampai pos pendaftaran Apuy sekitar pukul 12.00. Alhamdulilah.
Pulang menggunakan mobil pick up carteran 50k sampai terminal Maja. Sambung elf RT 25k sampe leuwing panjang, dan naik bus ke jakarta 40k. Sampai Jakarta terminal Kp Rambutan hari selasa jam 03.00 dan gw langsung menuju kantor. Perjalanan yang seru dan sarat pembelajaran (Keagungan Tuhan). See you soon Linggarjati sepuluhpersen. (rencana kami mau ndaki bareng ke Double S sindoro sumbing hari kamis ini 17 april 2014)
image
Pemandangan dari goa walet
image
Di atas goa walet full team

Copyrited by : ekaprimasatya.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar